"Surabaya sering diasumsikan sebagai kota perdagangan dan pelabuhan yang hanya bagus untuk transit saja. Namun kota ini memiliki sejarah dan perpaduan budaya yang kompleks dan menawan hati"
Selasa, 20 Desember 2011
Mengintip Tiap Sudut Surabaya
"Surabaya sering diasumsikan sebagai kota perdagangan dan pelabuhan yang hanya bagus untuk transit saja. Namun kota ini memiliki sejarah dan perpaduan budaya yang kompleks dan menawan hati"
Jumat, 16 Desember 2011
Ayo Lahap Buku-Buku Fotografi Dunia di Goethe Institute
Nah, Goethe Institute memberi jawaban keresahan kita akan akses ke buku-buku kumpulan karya fotografi itu. Melalui acara tahunannya yang sudah digelar sejak 2006, Deutscher Fotobuchpreis (Penghargaan Buku Foto Terbaik Jerman), yang digelar dari 10- 23 Desember 2011, kita dipersilahkan untuk membaca lebih dari 100 judul buku fotografi terbaik terbitan Jerman sepuasnya.
Kamis, 08 Desember 2011
[Patut diberi Salut] Sandi Jaya Saputra: Nyentrik tapi Fantastic.
Pause - Urban Decay |
Rabu, 07 Desember 2011
iPhoneography: Era Baru Fotografi Digital
Minggu, 04 Desember 2011
Santana, Katy Perry, David 'Naif', The Brandals Kumpul di Cikini
Ya, kalian nggak salah baca judulnya kok. Dan kami nggak bermaksud untuk menipu kalian. Karena hal ini benar adanya. Dave Grohl, vokalisnya Foo Fighter, Santana, James Hetfield (Metalica) Katy Perry, David 'Naif', The Brandals, Paramore, lagi hadir di Cikini pada gelaran Rockin Frame, pameran foto panggung yang digagas oleh StageID, komunitas pecinta fotografi pannggung.
Selasa, 22 November 2011
BILL CUNNINGHAM New York: Kisah Loyalitas Seorang Fotografer Fesyen ‘Jalanan’
Jumat, 11 November 2011
[Patut diberi Salut] Evelyn Pritt: Seimbang Antara Komersil dan Personal Project
Rabu, 09 November 2011
Minggu, 23 Oktober 2011
[Patut Diberi Salut] Anissa Utami Seminar : Panjatkan Syukur Melalui Foto
Selasa, 18 Oktober 2011
[Patut Diberi Salut] Hafidz Novalsyah: Membingkai Dunia Dengan Rasa dan Keyakinan
Awalnya, saya ingin mencantumkan tempat ia bekerja di bagian judul untuk menunjukkan betapa dia hebat. Namun, setelah saya membaca jawaban-jawaban serta foto-fotonya, ternyata saya salah, dia memang patut diberi salut apa adanya. Tanpa harus perlu disebut profesinya sebagai fotografer majalah National Geographic Indonesia sekali pun.
Dia adalah Hafidz Novalsyah, pemuda yang seumuran sama saya. Sayang, kalian tidak begitu tahu berapa umur saya, jadi saya perlu memberi tahu kalau saya dan Hafiz sama-sama berumur 23. Kita juga sama-sama kuliah Komunikasi, sama-sama pecinta fotografi, bedanya Hafiz lebih menggiati dan menjadikannya sebagai profesi, pun tempat kerjanya dianggap mumpuni bagi para pegiat fotografi lainnya. Tapi ada yang satu hal pasti yang membedakan saya dan Hafiz, saya sudah lulus kuliah. Haha. *becanda Fidz.
Menyaksikan foto-foto dokumenter Hafiz itu sangat menarik. Eksplorasi angel dan momennya membuat foto menjadi bernyawa karena bercerita. Kedalaman observasi pun selalu dilakukan Hafidz ketika akan melakukan pemotretan ke suatu tempat atau acara. Selain itu, rasa dan keyakinan menjadi dua jurus utamanya dalam mengamalkan fotografi dokumenter.
Dari pada ngalor ngidul mending langsung aja kita simak siaran langsung dan bisa diulang-ulang semaumu, hasil wawancara saya dengan bung Hafidz ini. Banyak cerita inspiratif dan ungkapan-ungkapan diplomatis yang patut kita catat dan renungi.
Mari…
![]() |
Gang Ampiun |
Senin, 17 Oktober 2011
Workshop dan Pameran Fotografi "PANCASILA HARGA MATI" (GRATIS namun TERBATAS))
Sebuah workshop yang menarik sekaligus menantang nih kawan. Galerin Fotografi Jurnalistik Antara menggelar sebuah workshop fotografi gratis untuk kita para anak muda. GFJA bekerja sama dengan Grafisosial mengajak kita untuk memberikan opini kita mengenai Pancasila dalam bentuk karyafotografi..
Workshop yang akan digelar pada November 2011 ini dibatesin hanya untuk 15 orang dengan batas usia 15-25 tahun. Jadi untuk bisa ikut workshop ini, kita harus melewati proses seleksi dulu. Nantinya, kita bakal dikasih materi tentang fotografi serta pemahaman tentang Pancasila. Setelah itu, kita ditantang untuk bikin karya fotografi yang berkaitan dengan pancasila.
. Tertarik untuk coba? silahkan kirim hal-hal sebagai berikut:
1. CV, No. Kontak, dan portofolio berupa foto-foto bertema sosial.
info ini disadur dari: sini
Rabu, 12 Oktober 2011
GajiPertama Award akan diberikan kepadaaa.... (lanjutan)
Pengumunan Pemenang Kategori Menulis Apresiasi Foto
Dengan latar belakang demikian, kompetisi apresiasi foto yang diadakan Memang Terlalu buat saya adalah langkah konkrit yang sangat bermanfaat dan memang diperlukan. Saya masih percaya bahwa pesan kritis tetap bisa disampaikan dengan bahasa populer yang bisa dimengerti tiap orang. Dalam menulis apresiasi foto tidak ada benar/salah dalam posisi yang diambil (suka/tidak suka), maupun aspek fotografi yang dibahas (teknis/non-teknis) Tulisan yang saya pilih sebagai pemenang kompetisi pun bukanlah karena ia respon yang ‘benar’ terhadap foto yang diapresiasi, melainkan karena menurut saya si penulis bisa mengkomunikasikan dengan baik apa yang ia rasa dan dapatkan dari karya foto yang dia apresiasi, karena menuangkan pikiran ke dalam bentuk tulisan bukanlah sesuatu yang mudah.
Pembacaan sebuah foto oleh seorang pelihatnya bisa saja tidak sama dengan ide yang ada di benak si fotografer ketika menghasilkan karyanya. Yang muncul di kepala dua orang yang melihat foto yang sama pun bisa berbeda. Sah-sah saja. Yang menarik lalu adalah ketika ide-ide yang berbeda dari karya yang sama itu bisa kita sandingkan. Perbedaan memperkaya tafsir, dan memahami sesuatu dari berbagai sudut pandang tentunya akan membantu fotografer sendiri dalam berkarya. Dengan adanya kompetisi seperti ini mudah-mudahan teman-teman semakin terdorong dan bisa memberanikan diri untuk menuangkan ide pikirannya tentang fotografi.
—Kurniadi Widodo
Apresiasi Foto Dearly Departed (Debbie Tea) Oleh Agung Aribhowo
Apresiasi Foto "Untitled" (Bey Shouqi) oleh Ian Adiartha
'Gaji Pertama Award' Akan Diberikan Kepadaaa....
Kalau boleh mingjem kata2 syahrinsky atas keberlangsungan lomba ini dengan kalimat: Sesusomething very-very banget . Karena begitulah adanya. Ada sebuah perasaan senang yang abstrak, sulit didefinisikan. Bukan karena tidak jelas bentuknya. Melainkan karena kadarnya terlalu banyak. Melebihi muatan truk container ban 20!.
Akhir kata, MALU mengucapkan terima kasih lahir-batin untuk apresiasi dan konstribusi kalian semua, lalu kepada semua pihak yang membantu berjalannya acara ini, dan kepada kepada kepada lainnya..
Tetap setia bersama kami pren, kami ada karena kalian semua memangterlalu!
Juara 1:
Juara Favorit:
Dan inilah 10 foto terbaik dari yang paling the best:
![]() |
Primus Fransiskus Judul: PT. KAI (Pak, Tolong Kami Antarkan Impian) |
![]() |
Fathurrahman Hibban Judul: Sahabat |
![]() |
Muhammad Kahfi Judul : Saya Pulang |
![]() |
Juliardy Yuwono untitled |
![]() |
Putri Fitria untitled |
![]() |
Rangga Prayuga Judul: KAWAH GUNUNG PAPANDAYAN |
![]() |
Ngusman Perjalanan Spiritual |
![]() |
Muhammad IQbal Judul: MENUJU BROMO! |
Rabu, 28 September 2011
"Yesterday": A Mixed Media Photography Exhibition
Oct 1st-7th
@ Guddang Gallery
(Jl. Panglima Polim V No. 38)
WORKSHOP (FREE)
2 Oktober 2011 (19.00 – 21.00 WIB)
Styling for Movie & TVC: Tips & Tricks (Klara Isabella - Film & TVC stylist)
3 Oktober 2011 (19.00 – 21.00 WIB)
Beauty in Fashion Photography (Nurulita)
4 Oktober 2011 (19.00 – 21.00 WIB)
Lomography (Satria Ramadhan - Lomonesia)
5 Oktober 2011 (19.00 – 21.00 WIB)
Movie Making: "Limited Budget, Why Not?" (Paul Agusta & Kyo Hayanto)
Screening film: "At the Very Bottom of Everything" (Director: Paul Agusta)
6 Oktober 2011 (19.00 – 21.00 WIB)
"Experimental Mixed Media: Mixed Your Life Up!" (Yongkek)
twitter : @kelaspagijkt
[Patut Diberi Salut] Rian Afriadi: Dari Empty Snapshot Jadi Narrative Documentary Photos
Minggu, 25 September 2011
Tamasya Visual Bersama Klastic dan Lomonesia di “JAKARTA...”
Rabu, 14 September 2011
Menilik Memori Perjuangan Untuk Merayakan Kemerdekaan
Kamis, 08 September 2011
Keindahan dalam Penderitaan: “Beauty is Pain(t)”
Rabu, 07 September 2011
66 tahun RI: Dari Pegangsaan sampai Rijswijk
Dari Pegangsaan sampai Rijswijk
Menyambut 66th proklamasi kemerdekaan Indonesia,Galeri Foto Jurnalistik Antara menampilkan goresan visual Mendur Bersaudaran dan rekan sejawat mereka yang tergabung dalam Indonesian Press Photo Service alias IPPHOS Coy Ltd. Berbeda dengan foto-foto IPPHOS yang ditampilkan GFJA pada 2 tahun yang lalu, kali ini sebagian besar dari koleksi yang ditampilkan adalah karya yang jarang atau bahkan lolos dari publikasi baik dalam siaran media dan juga dalam buku pendidikan sejarah kita. Rangkaian coretan visual semenjak proklamasi kemerdekaan di Pegangsaan Timur (17 Agustus 1945) sampai pertama kali perayaan kemerdekaan di Istana Merdeka/Rijswijk (17 Agustus 1950). Peringatan kemerdekaan kita yang pertama setelah 5 tahun tersingkir dalam pemerintahan di pengasingan, di Yogayakarta yang penuh dengan pergolakan. Pergulatan menuju ke penyerahan kedaulatan RI.
66 tahun Republik Indonesia, 66 kartupos peristiwa bersejarah, 66 karya yang di pamerkan di gedung bersejarah Antara Pasar Baru. Tempat kabar proklamasi Kemerdekaan negeri kita di siarkan untuk pertama kalinya ke seluruh penjuru dunia pada 17 Agustus 1945, menjadi semacam muara pertemuan fotografi jurnalistik dan penyiaran kabar gembira lahirnya suatu janin bernama Indonesia,di persimpangan sejarah yang nilainya semakin dilupakan masyarakatnya.
66 karya foto Mendur Bersaudara dan IPPHOS mengantar kita mengarungi samudra sejarah besar bangsa ini untuk disaksamai dan menjadi inspirasi sekarang agar garuda tak perlu lagi terpekur menatap rantai-rantai putus yang tadinya kokoh menggantung lempeng besi butir2 visual pancasila. Dari Rijswijk alias Istana Merdeka sekarang semua beban itu harus dipertanggung jawabkan dalam bentuk penegakan hukum yang absolut. Kebijakan yang memihak publik dalam arti seluasnya, untuk semua golongan. Supaya hak kemajemukan kita berbangsa terlindungi sepenuhnya. Sama persis ketika Republik ini disepakati dibentuk dari beragam berbedaan, pada suatu Jumat pagi tanggal 17 bulan delapan tahun empatlima.
Bersatu kita teguh, bercerai Emang Gue Pikirin?
oscar motuloh
kurator
Rangkaian Acara:
Pembukaan: 19 Agustus 2011 pk 20:00
dibuka oleh: Setiawan Soemanang, Bambang Sulistomo, Soedarmadji Damais dan Ahmad Mukhlis Yusuf
LIVE: BLUES UNTUK KEMERDEKAAN
menampilkan compromised EGO
Pameran Foto:
20 Agustus -19 September 2011
Jam buka pk.10:00 - 19:30
(kecuali hari Senin & hari libur)
Temu Wicara: Sabtu, 10 September 2011 Pk. 16:00
Fotografi Sejarah & Refleksinya atas Kreativitas
Oleh: Yudhi Soerjoatmodjo
Acara ini didukung oleh:
GALERI FOTO JURNALISTIK ANTARA (http://www.gfja.org/)
DIVIS PEMBERITAAN FOTO ANTARA (http://www.antarafoto.com/)
PAPERINA DWIJAYA (http://www.paperina.com/)
GLOBE DIGITAL IMAGING
YAYASAN DELASIGA (http://www.nias-bangkit.co
GAMBARA (http://www.nias-bangkit.co
MAJALAH WARISAN (http://www.warisanindonesi
VSEE
NEO JOURNALISM CLUB
BLUES 4 FREEDOM
GRATIS / Tidak dipungut Biaya
Jumat, 02 September 2011
Karimun Jawa Run by Budi Respati
Bekerja dan kuliah seolah menjadi semacam tuntutan hidup bagi manusia perkotaan. Kedua hal itu jadi memang membawa banyak keuntungan. Kita bekerja untuk dapet uang, kita kuliah biar dapet pengetahuan. Tapi tapi tapi.. ketika hal-hal itu dilakukan secara berulang-ulang dengan pola yang sama, pelan-pelan kita bakal sadar kalau ternyata kita sedang terjebak dalam labirin bernama rutinitas.
Lalu hal apakah yang paling tepat untuk dilakukan?
Tiada lain dan tiada bukan ialah berlari. Kita lari keluar dari kota, lari keluar dari rutinitas dan mengistirahatkan jiwa. Sudah pasti pantai ialah tempat yang paling indah yang tidak mungkin kita temukan di kota.
Ada kalanya berlari tidak cukup untuk mengekspresikan kesenangan kita. Saat kita merasa seperti itu, berlari sambil terbang bisa menjadi pilihan, seperti yang dilakukan oleh Budi Respati dalam foto serialnya yang berjudul Karimun Jawa Run ini.
Subjek yang terlihat pada foto adalah si mas Budi itu sendiri. Ia memasang pose lari di udara di berbagai tempat di sekitaran pantai. Di karang, di atas perahu, di pinggir pantai, dan di dalam air. Bahkan ia tak hanya lari di udara, melainkan juga di dalam air. Hmm.. Seperti yang kita tahu, berlari dalam air hanya akan membuat diri capek sendiri.
Di banyak foto, ekspresi mukanya yang polos, comical dan cenderung childish walau berkumis itu seperti menunjukkan kalau dia berlari tidak untuk mengejar sesuatu, Pokoknya si subjek hanya ingin berlari. Tanpa pretensi. seperti anak kecil yang di lepas ibunya di tempat terbuka. Berlari-lari tanpa kenal arah.
Lalu di foto terakhir ia terlihat tertidur di atas kasur, tetap dengan pose berlarinya, seolah sedang melindur seperti anak kecil yang belum mau berhenti bermain namun malam sudah memanggil, maka ia akan meneruskannya di dalam mimpi.
Budi berlari, membebaskan dirinya dari rutinitas kota. Budi berlari sambil terbang, menghidupkan kembali imajinasi kekanak-kanakannya, hal yang biasa disembunyikan oleh kedewasaan.
Budi Respati adalah seorang fotografer yang bekerja pada sebuah studio foto di bilangan Bandung. Pemuda kelahiran 1986 yang aktif di organisasi-organisasi fotografi selama kuliah ini juga hobi bersepeda dan berjalan-jalan, lho. tertarik untuk kenalan? coba kontak fb nya di sini
Minggu, 28 Agustus 2011
Ajak serta imajinasi, mari kita membaca foto dan menuliskan apresiasinya
Pernah kebayang nggak kalau di dunia ini cuma ada orang-orang yang pandai menulis, tapi nggak ada kalangan yang pandai membaca. Apa yang kita tulis mati begitu saja. Kita menghasilkan sesuatu yang sia-sia. Tidak dapat dikonsumsi dengan baik. Ungkapan ini memang rada absurd dan mustahil. Menulis dan membaca itu satu paket. Kita belajar menulis sekalian belajar membaca. Tidak mungkin terpisah. Sayangnya, hal ini tidak terjadi dalam persilatan fotografi. Kita hanya terbiasa ‘menulis’ tanpa bisa pandai ‘membaca’ foto.
‘Menulis’ dalam kamus fotografi sama dengan menghasilkan sebuah foto. Menulis itu perihal teknis. Kita butuh alat. Kita butuh keterampilan agar bisa mengendalikan kamera-pena penghasil foto-. Jika Kita hanya membicarakan bagaimana menghasilkan ‘tulisan’ bagus, yang sama seperti orang kebanyakan. Kita jadi seperti anak-anak yang senang memamerkan alat-alat tulis di tempat pensilnya.
Sementara membaca ialah perihal intelektual. Membaca adalah menerjemahkan simbol-simbol untuk kemudian bisa dibasakan. Sepertinya ungkapan “Biar foto yang bicara” atau “foto berbicara lebih dari seribu kata-kata” akan menjadi sia-sia jika ternyata tidak ada yang bisa mendengar foto berbicara, tidak ada yang bisa menerjemahkan seribu kata yang dibahasakan oleh foto. Sayang rasanya kalau sebuah foto kita hanya baca pada permukaannya saja. Ibarat membaca buku. Kita cuma baca kata pengantarnya doang. Nggak kita baca sampe habis. Ibarat ke pantai tapi Cuma duduk di mobil. Ibarat dengerin lagu cuma musiknya doang, nggak tau liriknya.
Sebelum kita mulai, ada satu hal yang kayaknya penting untuk diketahui. Sebuah karya seni, termasuk foto itu tidak untuk dimengerti melainkan untuk dirasakan. Mengapa? karena pengertian itu sifatnya seolah harus mutlak, sementara perasaan adalah sesuatu yang personal.
Nah, mulai sekarang yuk lah kita pelan-pelan belajar membaca foto. Mari kita lupakan teori. Semiotika apalah itu. Nih, MALU mau coba kasih sedikit kiat-kiat yang semoga bisa membimbing kita semu dalam membaca foto lalu menuliskan apresaisi atas foto tersebut.
1. Deskripsi
Ini bisa menjadi langkah awal untuk kita menikmati foto. Perhatikan baik-baik foto itu. Perhatikan dengan seksama setiap hal yang ada dalam foto. Foto adalah bahasa, maka objek-objek yang ada didalamnya adalah kata-kata. Kumpulkan dan jabarkan sebanyak-banyaknya temuan dari hal yang terlihat dari foto itu. Komposisi, warna, cahaya, bentuk, pakaian, ketajaman, ukuran dan jenis kertas menjadi hal-hal yang sekiranya perlu diperhatikan. Ceritakan juga apa yang terjadi pada foto seperti apa bentuk subjek (manusia)nya, apa yang subjek sedang lakukan pada foto. Komposisi juga hal penting perlu diperhatikan, amati letak tiap objek, dan seberapa besar porsinya di foto. Pokoknya di tahap awal ini, kita harus seperti detektif deh.
2. Tuliskan kesan personal dan interpretasimu
Setelah banyak temuan yang kita deskripsikan coba selami foto itu. Di tahap ini, kita butuh sedikit perenungan. Kita perlu merasakan dalam-dalam keterkaitan objek-objek dalam foto itu. Ajak serta imajinasi, pengalaman dan pengetahuan kamu untuk ikut menentukan kesan terhadap foto. Sebuah foto pasti membawa kesan yang berbeda-beda kepada tiap pemirsanya.
Misalnya ketika ketika melihat foto awan kesan yang timbul adalah perasaan bahwa kita sedang jatuh dari langit, dan apa yang kita lihat hanya lah awan, awan dan awan. Atau ketika melihat kaki yang melayang tertupi semak belukar taman, imajinasi kita mengantarkan kesan seperti sedang melihat manusia yang diculik oleh alien.
3. Riset dan kumpulkan fakta-fakta terkait.
Di tahap ini, kita kudu mencari tau pemahaman umum atau fakta-fakta mengenai objek-objek yang terlihat pada foto. Misal, ketika kita akan mengapresiasi foto fashion yang berlatar bangunan kuno, kita kudu cari tau fakta-fakta tentang bangunan kuno itu, juga tentang baju apa yang dipakai oleh si model, dan apa arti baju atau bangunan itu bagi masyarakat. Atau ketika kita akan mengapresi foto landscape, kita perlu tau tempat apa yang difoto itu, dan seluk-beluk (sejarah, mitos, peristiwa) mengenai tempat itu.
Di sini, kita boleh menghubung-hubungkan foto dengan isu, peritstiwa atau permasahan yang lebih besar. Kita bisa saja menganggap bahwa sebuah foto adalah representasi dari sebuah realita. Nah, setelah itu coba rasakan, mengapa realita tersebut direpresentasikan seperti ini. Misalnya, ketika melihat foto Holy Warnya Agan Harahap kita bisa saja menghubungkan ke isu terorisme, bahwa ternyata banyak pihak yang mengatas namakan kesucian agama untuk berperang.
4. Opini
Setelah berkelana merasakan makna foto, di tahap ini kita tuliskan opini kita terhadap foto tersebut. Bentuknya bisa apresiasi yang bersifat memuji, bisa juga yang bersifat kritik. Nggak perlu takut kalau nanti ada yang nggak setuju sama opini atau kritik kita.
5. Kesimpulan dan penutup
Penting nggak penting sih ni sebenernya. Tapi keberadaannya akan sangat membuat tulisan jadi enak dibaca. Tulisan jadi nggak gantung tanpa diberi penyelesaian gitu deh. Hehe..
Oke, kira-kira begitulah kiat-kiat dalam menulis apresiasi foto. Hmm, sekiranya ada banyak cara untuk kita membaca dan mengapresiasi foto. So, kalau ternyata tulisan ini justru membingungkan, kalian boleh mengabaikan apalagi kalau ternyata kalian sudah punya cara tersendiri. Semoga bermanfaat..
Minggu, 21 Agustus 2011
Gaji Pertama Award: Kompetisi Fotografi Memangterlalu
Wow. tidak lah terasa, sudah setahun ternyata. Semenjak Lomba Fotografi MemangTerlalu yang pertama itu. Tahun ini, di bulan Puasa juga. Kami mau sedikit bagi-bagi Rezeki lagi. Kebetulan para pendiri MALU wisuda dan dapet kerja di waktu yang nggak jauh berbeda. Udah pasti penerimaan gaji pertamanya juga nggak jauh beda. Jadi, sebagai bentuk perayaan dan syukurin, kami mau ngadain hajatan dalam bentuk lomba: Gajih Pertama Award! Sedikit sesumbar sih tapi nggak apa-apa lah. Namanya juga anak muda, Tuhan pasti ngerti. Yuk, mari kita menghitung Lomba sebelum tidur.
Masih sama seperti tahun kemarin, ada dua kategori lomba di sini: menulis dan memotret. Bedanya, taun kemaren kami menantang untuk bikin quote tahun ini kami ingin menantang kalian untuk nulis apresiasi foto. Berikut ini penjelasan singkat mengenai lomba MALU kali ini :
1. LOMBA FOTO
• Tema : Perjalanan
Perjalanan adalah proses berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dari satu situasi ke situasi yang lain. Hal yang pasti terjadi dari perjalanan adalah perubahan. Entah itu perubahan tempat, perubahan perasaan atau apa pun. Perjalanan, baik yang singkat mau pun yang jauh, pasti meninggalkan jejak dan menyisakan memori. Dalam hal ini fotografi adalah teman yang baik, ia bisa mengingat sepersekian detik ruang dan waktu yang kita telah lalui. kali ini MALU mengajak teman-temin semua untuk memenjarakan memori dan atau interpretasi kalian tentang perjalanan melalui media bernama kamera. Nah Walaupun tema-nya perjalanan, kalian bebas mengekspresikan apa saja mengenai perjalanan ini. Bisa jadi memori saat perjalanan mudik, atau pemandangan yang kalian liat saat berjalan. pokoknya apa pun lah.. Berbagai genre fotografi boleh kalian kirim, namanya juga anak muda suka coba-coba sambil minum coca-cola.. hehe
• Bebas menggunakan kamera apa pun dan kamera siapa pun..
• Size : Sisi terpanjang 1200px, sisi terpendek mengikuti
• Format : JPEG
• Proses editing hanya boleh sebatas proses editing kamar gelap (brightness, contrast, convert BW, burning, dodging, crop)
• Boleh menggunakan kamera jenis apa pun.
• Cantumkan sedikit keterangan tentang foto (Max. 2 kalimat)
• Satu orang diperkenankan hanya untuk mengirimkan 1 foto,
• Sertakan juga profil (Nama, Alamat, Email, No Hp, website pribadi)
• Kirim karya kamu ke: memangterlalu@gmail.com, Dengan subject : "Lomba Foto Perjalanan MALU "
• Deadline karya : 20 September 2011
• Juri: Tim Memangterlalu
• Juara:
Juara 1:
Keterangan: dipilih oleh dewan juri
Hadiah: Traveller Drybox.
Juara favorit
Keterangan: 10 nominasi foto terbaik akan kami upload di Facebook untuk kita publikasikan, dan akan kita umbar juga via twitter untuk kemudian dipilih oleh publik. Peserta dilarang nge-tag temen-temennya. Dan Yang paling banyak dapet jempol adalah yang menang.
Hadiah: Kaos Memangterlalu
2. Lomba Menulis Apresiasi Foto
"Biar Foto yang Bicara" kalian pasti tau slogan itu. Ya, foto memang menyimpan banyak hal untuk dibicarakan. Tapi kadang kita malas untuk mendengarkannya dengan seksama. Nah, kami mau ngajak kalian nih, untuk menyimak sebuah foto lalu menuliskan apreasiasimu yang lebih panjang dari sebatas tiga jempol dan komentar singkat "nice photo mas", "wah ini KT mas" atau "Keren BWnya, salam BW". Kasarnya untuk kategori ini kalian diminta untuk nulis komentar terhadap foto. Mengapresiasi foto. Menyelami dalam-dalam tiap unsur dalam foto lalu menuliskan kesan serta interpretasi kalian terhadap foto tersebut.