Selasa, 22 November 2011

BILL CUNNINGHAM New York: Kisah Loyalitas Seorang Fotografer Fesyen ‘Jalanan’

Menyimak kisah seseorang mengerjakan hal-hal yang sesuai passion dan mimpinya memang selalu mengharukan, apalagi kalau hal itu dilakukan dengan loyalitas tinggi dan keceriaan. Begitulah kira-kira Bill Cunningham dengan fotografi fesyen yang sudah ia geluti selama berpuluh-puluh tahun.

Film ini dibuka dengan adegan Bill Cunningham menggowes sepedanya menyusuri trotoar jalan. Tubuh kurusnya sedikit terlihat tebal karena jaket biru yang selalu ia kenakan. Seketika  ia pun berhenti lalu merapatkan sepeda ke tiang lampu jalan dan menguncinya. Sejurus kemudian ia sudah siap dengan Nikon FM-nya, lautan manusia yang sedang menyebrang jalan pun ia selami. Matanya selalu awas menelusuri busana tiap pejalan kaki, dari kepala hingga kaki. Tiap kali ada yang menarik perhatiannya ia langsung menghampiri, lalu dengan lincahnya memotret. Ekspresi ceria tak pernah lepas dari wajah tirus penuh keriputnya persis seperti seorang anak kecil yang kegirangan.     
   
“The best fashion show is on the street, always has been and always will be,” itulah kalimat pertama yang akan kita dengar dari mulut Bill dalam film ini.


Semakin tua semakin jadi
Melihat adegan awalnya saja rasanya tiap penontonnya akan sepakat untuk menyatakan terkesima dan salut atas aksi Bill. Dia begitu semangat. Kelincahannya saat memotret akan meruntuhkan stigma tentang kondisi fisik manusia lanjut usia. Anna Wintour, chief editor dari majalah Vogue Amerika yang menjadi narasumber dalam film ini pun mengatakan kalau Bill memotret fesyen jalanan selayaknya fotografer perang. Yap, dia benar-benar tidak terlihat seperti seorang tua.
Dalam film sesekali ditampilkan pula rekaman dokumentasi video saat Bill berusia 60 tahun sedang memotret. Tubuhnya begitu tegap, ekspresinya dingin walau tetap sering tersenyum. Jika dibandingkan, aksinya lebih terlihat lincah saat ia berusia 80 tahun.
Foto-foto snapshot Bill secara rutin dimuat oleh harian The New York Times dalam dua rubrik, Evening Hours yang memuat foto-foto snapshot para politikus dan rubrik In The Street yang menampilkan tren berbusana masyarakat New York. Di antara kedua rubrik itu, rubrik In The Street-lah yang paling terkenal. Bill memberikan tema pada foto-foto yang akan ditampilkannya, misalnya, topi, sepatu, tema warna atau secara khusus menampilkan snapshot busana dari satu orang yang sama. Harold Koda, seorang kurator, dalam film ini mengatakan bahwa foto-foto Bill menangkap jelas perkembangan masyarakat New York dilihat dari gaya berbusananya. Sederhannya, foto-foto dalam rubrik itu adalah New York versi Bill Cunningham.



Loyalitas tanpa batas
Mengenai pekerjaannya di New York Times itu, Bill tak ikhlas melepas tiap proses. Dia ingin rubrik In The Street itu benar-benar sempurna sesuai keinginannya. Dari mulai mencuci film, menscan dan memilih hingga melayout halaman rubrik pun ia ikuti. John, si designer redaksi mau tak mau harus bersabar mengikuti kemauan Bill. 
Ya, Bill selalu ingin pekerjaannya sesuai dengan keinginannya. Ia tidak mau pihak luar yang mengintervensi. Itu lah alasan besar mengapa Bill nyaris selalu menolak honor dari tempatnya bekerja. Art director majalah Details, tempat Bill pernah berkontribusi mengatakan kalau ia selalu bingung tiap kali harus membayar Bill. Karena Bill kerap merobek cek bayaran untuknya.
 "If you don't take money, they can’t tell you what to do, kid!” Begitulah pembenarannya soal uang. Gila! Di jaman yang katanya nggak ada yang gratis ini seorang fotografer ternama justru enggan dibayar. Apa kabar kita, si pemula yang selalu minta bayaran tinggi sama klien. Padahal portfolio aja masih standar. Belum cukup, Om Bill ini menambahkan petuahnya “Dont touch money. Money is the cheapest thing, liberty and freedom is the most expensive."



Saat ia meliput sebuah acara pesta makan malam pun ia menolak tawaran makan, ia lebih memilih terus mendokumentasikan busana tiap pengunjungnya dan dengan santai ia menjawab “I eat with eyes.” See, begitulah kira-kira tingkah orang yang udah dimabuk cinta sama fotografi,
Dari kisah-kisahnya itu rasanya Bill pantas disebut sebagai orang yang sudah melampaui fotografi. Dia benar-benar seniman tulen yang tidak ingin subjektivitasnya digoyahkan oleh hal-hal yang duniawi seperti uang. Lantas, melihat loyalitasnya yang super duper tinggi ini terhadap dunia street fesyen rasanya tak ayal jika ia disebut sebagai living legend.
Zeitgeist, rumah produksi yang membuat film ini juga perlu diberi tepuk tangan yang meriah. Nyaris semua sisi kehidupan Bill, terutama fotografi dan fesyen, dapat dirangkum dalam durasi 1 jam 24 menit. Dari mulai kisah Bill saat muda yang sibuk dengan perusahaan topinya, hingga kisah sepedanya yang sudah 28 kali hilang dicuri bias disisipkan dalam cerita. Pemilihan narasumber yang beragam juga memperkaya sudut pandang kita tentang si Bill ini.  Caranya mengambil gambar yang begitu sederhana membuat kita seolah melihat Bill secara langsung dari CCTV.
 Selama menonton film ini ada satu hal yang kayaknya pasti kita pertanyakan, yaitu tentang kehidupan cinta Bill. Ya, di penghujung film si interviewer akhirnya menanyakan hal ini dengan sangat hati-hati. Bill pun sedikit terkesima dengan pertanyaan itu, beginilah kira-kira jawabannya “Hahaha. Do you wanna know if i’m gay? Haha. Maybe that’s probably why my family wanted to keep out from fashion world.. No, i haven’t. It never occurred to me, i guess i just interested in clothes. That’s the obsession,” Ya, sodara-sodara, dia nggak pernah punya pacar seumur hidup. Mungkin dia lah biksu berkamera. 
 Mood terharu akan semakin pecah ketika tiba di scene terakhir film. Para pegawai The New York Times memberikan kejutan untuk ulang tahun Bill yang ke-80. Mereka menggunakan kemeja biru yang selalu Bill gunakan dan memakai topeng bergambar muka Bill sambil menyanyikan Happy Birthday. Ekspresi girang dan terharu menjadi satu di muka Bill.
Nilai utama yang patut kita comot dan tanam paksa di diri kita  dari kisah si om Bill ini adalah untuk terus memperjuangkan passion dan mimpi kita. Laksana kebahagian sejati akan kita peroleh.  
Mari kita yuk ah!! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar