Rabu, 28 September 2011

"Yesterday": A Mixed Media Photography Exhibition

"Yesterday" a Mixed Media x Photography exhibition by Kelas Pagi Jakarta

Oct 1st-7th
@ Guddang Gallery
(Jl. Panglima Polim V No. 38)


WORKSHOP (FREE)

2 Oktober 2011 (19.00 – 21.00 WIB)
Styling for Movie & TVC: Tips & Tricks (Klara Isabella - Film & TVC stylist)

3 Oktober 2011 (19.00 – 21.00 WIB)
Beauty in Fashion Photography (Nurulita)

4 Oktober 2011 (19.00 – 21.00 WIB)
Lomography (Satria Ramadhan - Lomonesia)

5 Oktober 2011 (19.00 – 21.00 WIB)
Movie Making: "Limited Budget, Why Not?" (Paul Agusta & Kyo Hayanto)
Screening film: "At the Very Bottom of Everything" (Director: Paul Agusta)

6 Oktober 2011 (19.00 – 21.00 WIB)
"Experimental Mixed Media: Mixed Your Life Up!"  (Yongkek)

twitter : @kelaspagijkt

[Patut Diberi Salut] Rian Afriadi: Dari Empty Snapshot Jadi Narrative Documentary Photos

Jika ditanya siapakah fotografer lokal favorit, maka saya akan menyebutkan nama Rian Afriadi sebagai salah satunya. Sejak saya pertama mengenalnya melalui forum berinisial FN itu di pertengahan 2009, foto-foto Rian semakin hari semakin memuaskan mata saya. Jika diawal-awal foto-fotonya hanya sebatas apa yang Rian sendiri menyebutnya sebagai “empty snapshot”, kini saya selalu ditawarkan foto-foto snapshot kaya akan interaksi. Cerdas!
 

Minggu, 25 September 2011

Tamasya Visual Bersama Klastic dan Lomonesia di “JAKARTA...”



     Para penggemar serta pegiat fotografi lo fi yang tergabung dalam Lomonesia dan Klastic berduet mengadakan sebuah pameran yang bertajuk “JAKARTA...” pada 24-25 September. Art Center, Museum Bank Mandiri dipilih sebagai tempat hajatan ini berlangsung. Pilihan tempat yang tepat, keunikan serta kelawasan gedung selaras dengan karakter foto yang dipamerkan. Ruang pameran yang terletak rada di pelosok gedung pun membuat pengunjung bertamasya melewati relung-relung jiwa si gedung tua itu. Tsaaah.

Rabu, 14 September 2011

Menilik Memori Perjuangan Untuk Merayakan Kemerdekaan

DSC_3925_800x532
Ada berbagai macam cara untuk merayakan hari kemerdekaan Republik Indonesia, salah satunya ialah dengan menampilkan ulang memori perjuangan kemerdekaan melalui foto-foto, seperti yang dilakukan oleh Galeri Foto Jurnalisik Antara (GFJA). Sejumlah 66 foto hasil jepretan Mendur bersaudaran dan rekan-rekan di Indonesian Press Photo Service  (IPPHOS) ditampilkan sejak 20 Agustus hingga 19 September 2011.



Kamis, 08 September 2011

Keindahan dalam Penderitaan: “Beauty is Pain(t)”

Pernahkah kalian berpikir mengapa wanita yang berbadan tinggi, ramping bermuka runcing, berrambut lurus, dan berbibir merah tipis itu disebut sebagai cantik? Ah, kalian pasti sudah sama-sama tahu bahwa wacana tubuh cantik adalah sesuatu yang dibentuk. Di era sekarang begitulah kira-kira syarat untuk ‘menjadi’ cantik. 

oke, pertanyaan berikutnya. Siapa yang nggak mau dibilang cantik? siapa yang tidak ingin dipuji? saya yakin kita semua pasti akan senang bukan kepalang kalau ada yang berkata atau  setidaknya menganggap kita cantik. Itu lah sebabnya cantik menjadi pencapaian bagi setiap manusia. dan sialnya, hal ini ternyata nggak lepas dari kendali industri. Industri (baca: kapitalisme) menawarkan konsep-konsep itu, bahwa kita, terutama kaum wanita harus menjadi cantik. Cantik adalah cara ampuh untuk menjadi pusat perhatian. 

Rabu, 07 September 2011

66 tahun RI: Dari Pegangsaan sampai Rijswijk



Dari Pegangsaan sampai Rijswijk

Menyambut 66th proklamasi kemerdekaan Indonesia,Galeri Foto Jurnalistik Antara menampilkan goresan visual Mendur Bersaudaran dan rekan sejawat mereka yang tergabung dalam Indonesian Press Photo Service alias IPPHOS Coy Ltd. Berbeda dengan foto-foto IPPHOS yang ditampilkan GFJA pada 2 tahun yang lalu, kali ini sebagian besar dari koleksi yang ditampilkan adalah karya yang jarang atau bahkan lolos dari publikasi baik dalam siaran media dan juga dalam buku pendidikan sejarah kita. Rangkaian coretan visual semenjak proklamasi kemerdekaan di Pegangsaan Timur (17 Agustus 1945) sampai pertama kali perayaan kemerdekaan di Istana Merdeka/Rijswijk (17 Agustus 1950). Peringatan kemerdekaan kita yang pertama setelah 5 tahun tersingkir dalam pemerintahan di pengasingan, di Yogayakarta yang penuh dengan pergolakan. Pergulatan menuju ke penyerahan kedaulatan RI.

66 tahun Republik Indonesia, 66 kartupos peristiwa bersejarah, 66 karya yang di pamerkan di gedung bersejarah Antara Pasar Baru. Tempat kabar proklamasi Kemerdekaan negeri kita di siarkan untuk pertama kalinya ke seluruh penjuru dunia pada 17 Agustus 1945, menjadi semacam muara pertemuan fotografi jurnalistik dan penyiaran kabar gembira lahirnya suatu janin bernama Indonesia,di persimpangan sejarah yang nilainya semakin dilupakan masyarakatnya.

66 karya foto Mendur Bersaudara dan IPPHOS mengantar kita mengarungi samudra sejarah besar bangsa ini untuk disaksamai dan menjadi inspirasi sekarang agar garuda tak perlu lagi terpekur menatap rantai-rantai putus yang tadinya kokoh menggantung lempeng besi butir2 visual pancasila. Dari Rijswijk alias Istana Merdeka sekarang semua beban itu harus dipertanggung jawabkan dalam bentuk penegakan hukum yang absolut. Kebijakan yang memihak publik dalam arti seluasnya, untuk semua golongan. Supaya hak kemajemukan kita berbangsa terlindungi sepenuhnya. Sama persis ketika Republik ini disepakati dibentuk dari beragam berbedaan, pada suatu Jumat pagi tanggal 17 bulan delapan tahun empatlima.
Bersatu kita teguh, bercerai Emang Gue Pikirin?

oscar motuloh
kurator

Rangkaian Acara:
Pembukaan: 19 Agustus 2011 pk 20:00
dibuka oleh: Setiawan Soemanang, Bambang Sulistomo, Soedarmadji Damais dan Ahmad Mukhlis Yusuf

LIVE: BLUES UNTUK KEMERDEKAAN
menampilkan compromised EGO

Pameran Foto:
20 Agustus -19 September 2011
Jam buka pk.10:00 - 19:30
(kecuali hari Senin & hari libur)

Temu Wicara: Sabtu, 10 September 2011 Pk. 16:00
Fotografi Sejarah & Refleksinya atas Kreativitas
Oleh: Yudhi Soerjoatmodjo

Acara ini didukung oleh:
GALERI FOTO JURNALISTIK ANTARA (http://www.gfja.org/)
DIVIS PEMBERITAAN FOTO ANTARA (http://www.antarafoto.com/)
PAPERINA DWIJAYA (http://www.paperina.com/)
GLOBE DIGITAL IMAGING
YAYASAN DELASIGA (http://www.nias-bangkit.com/tag/yayasan-delasiga/)
GAMBARA (http://www.nias-bangkit.com/)
MAJALAH WARISAN (http://www.warisanindonesia.com/)
VSEE
NEO JOURNALISM CLUB
BLUES 4 FREEDOM

GRATIS / Tidak dipungut Biaya

Jumat, 02 September 2011

Karimun Jawa Run by Budi Respati

Bekerja dan kuliah seolah menjadi semacam tuntutan hidup bagi manusia perkotaan. Kedua hal itu jadi memang membawa banyak keuntungan. Kita bekerja untuk dapet uang, kita kuliah biar dapet pengetahuan. Tapi tapi tapi.. ketika hal-hal itu dilakukan secara berulang-ulang dengan pola yang sama, pelan-pelan kita bakal sadar kalau ternyata kita sedang terjebak dalam labirin bernama rutinitas.

Lalu hal apakah yang paling tepat untuk dilakukan?

Tiada lain dan tiada bukan ialah berlari. Kita lari keluar dari kota, lari keluar dari rutinitas dan mengistirahatkan jiwa. Sudah pasti pantai ialah tempat yang paling indah yang tidak mungkin kita temukan di kota.

Ada kalanya berlari tidak cukup untuk mengekspresikan kesenangan kita. Saat kita merasa seperti itu, berlari sambil terbang bisa menjadi pilihan, seperti yang dilakukan oleh Budi Respati dalam foto serialnya yang berjudul Karimun Jawa Run ini.

Subjek yang terlihat pada foto adalah si mas Budi itu sendiri. Ia memasang pose lari di udara di berbagai tempat di sekitaran pantai. Di karang, di atas perahu, di pinggir pantai, dan di dalam air. Bahkan ia tak hanya lari di udara, melainkan juga di dalam air. Hmm.. Seperti yang kita tahu, berlari dalam air hanya akan membuat diri capek sendiri.

Di banyak foto, ekspresi mukanya yang polos, comical dan cenderung childish walau berkumis itu seperti menunjukkan kalau dia berlari tidak untuk mengejar sesuatu,  Pokoknya si subjek hanya ingin berlari. Tanpa pretensi. seperti anak kecil yang di lepas ibunya di tempat terbuka. Berlari-lari tanpa kenal arah.

Lalu di foto terakhir ia terlihat tertidur di atas kasur, tetap dengan pose berlarinya, seolah sedang melindur seperti anak kecil yang belum mau berhenti bermain namun malam sudah memanggil, maka ia akan meneruskannya di dalam mimpi.

Budi berlari, membebaskan dirinya dari rutinitas kota. Budi berlari sambil terbang, menghidupkan kembali imajinasi kekanak-kanakannya, hal yang biasa disembunyikan oleh kedewasaan. 

249334_2307509294252_1444904488_32694973_5263537_n

223174_2307509454256_1444904488_32694974_8367557_n 254782_2307509934268_1444904488_32694976_729563_n 285467_2307510734288_1444904488_32694982_6329749_n  189359_2307509614260_1444904488_32694975_6818087_n 254634_2307510054271_1444904488_32694977_217433_n 198736_2307510214275_1444904488_32694979_5038273_n 281988_2307510334278_1444904488_32694980_2006037_n 284250_2307510614285_1444904488_32694981_7129252_n

283167_2307510894292_1444904488_32694983_5696294_n

Budi Respati adalah seorang fotografer yang bekerja pada sebuah studio foto di bilangan Bandung. Pemuda kelahiran 1986 yang aktif di organisasi-organisasi fotografi selama kuliah ini juga hobi bersepeda dan berjalan-jalan, lho. tertarik untuk kenalan? coba kontak fb nya di sini