Para penggemar serta pegiat fotografi lo fi yang tergabung dalam Lomonesia dan Klastic berduet mengadakan sebuah pameran yang bertajuk “JAKARTA...” pada 24-25 September. Art Center, Museum Bank Mandiri dipilih sebagai tempat hajatan ini berlangsung. Pilihan tempat yang tepat, keunikan serta kelawasan gedung selaras dengan karakter foto yang dipamerkan. Ruang pameran yang terletak rada di pelosok gedung pun membuat pengunjung bertamasya melewati relung-relung jiwa si gedung tua itu. Tsaaah.
Tata cahaya yang remang-remang ke-oranyean nan unyu-unyu gimana gitu menjadi ambience yang akan kita rasakan ketika tiba di ruang pameran. Tidaklah salah kalau ada pengunjung yang menangkap kesan dark dan gloomy, kontras dengan karakter foto-foto pameran yang penuh keceriaan. Oke, persetan dengan masalah tata cahaya, mari kita membahas foto-fotonya. Ya, foto-foto yang ditampilkan sangatlah banyak, kawan. Menurut kabar, ada sekitar 140 foto yang di pajang diatas papan hitam yang sesekali diberi dekorasi sulur-sulur dan gegambaran dengan kapur.Semua foto yang ditampilkan tidak lebih besar dari ukuran 4R. Kecuali 20 foto yang katanya terbaik dari yang paling the best yang dicetak dalam ukuran A3 (A3 tuh berapa R sih? haha). Ketika kita berkeliling memandangi satu persatu fotonya, kata Jakarta pasti akan terus menjadi patokan kita untuk menangkap makna. Kemacetan lalu lintas, suasana angkutan umum yang hiruk pikuk, serta simbol-simbol kota Jakarta seperti gedung tinggi, monas, patung selamat datang, menjadi ‘selebritis’ yang sering tampil di pameran ini. Namun, ada juga yang tampil berbeda. Ada yang merepresentasikan Jakarta dari wajah-wajah anak-anak muda yang entah itu siapa. Pokoknya, semua kemegahan serta selak-beluk Jakarta itu dihadirkan ulang dengan imaji yang penuh kesederhanaan serta penyimpangan-penyimpangan warna. Ini lah Jakarta dari mata kamera lo fi.
Nnnnaah, kalau kalian perhatikan dengan teliti tempat-tempatnya. Pasti kalian bakal tahu kalau ternyata nggak semua foto berlatar tempat di Jakarta. Ada suasana jalan Braga, Bandung ikut mejeng di situ. Ada juga suasana kosan yang saya tahu betul kalau itu kosan di kawasan Jatinangor. Oke, lupakan tema Jakarta. Lupakan aturan, sebagai mana yang biasa kita lakukan dengan kamera-kamera lo fi. Hehe.
Hebatnya lagi, para artisan yang ikut pameran ini tidak sombong-sombong loh. Sampe-sampe tidak ada satu pun karya yang kita tahu siapa kah gerangan nama fotografernya. Hal ini ada enak nggak enaknya sih sebenernya. Enaknya, kita bisa menikmati foto tanpa terpengaruh siapa fotografernya. Nggak enaknya, ya kita nggak bisa berkenalan sama si empunya foto yang kita suka. Pan sekarang eranya kenal-kenala dan follow-followan di dunia maya.. haha.
Selain pameran, kita juga disuguhi booth-booth yang menjajakan barang-barang yang bikin ngiler. Mulai dari film negatif yang langka di pasaran, kamera-kamera unyu, gantungan kunci kecil tapi mahal, sampe cairan untuk cuci film warna dijual di situ. Keren. Workshop yang diadakan di ruang satunya lagi pun nggak kalah seru dan penting. Bahasan mengenai fotografi lo fi dari basic sampe intermediete (udah kayak level les bahasa Inggris aja yak) menjadi topik workshopnya.
Pokoknya, berkunjung ke pameran ini, kita seperti diajak tamasya visual bersama Klastic dan Lomonesia di “Jakarta...”
Salut selalu untuk Klastic dan Lomonesia yang bisa menjadi wadah fotografi alternatif ini. Semoga fotografi Indonesia bisa semakin dinamis dan makin ‘uhh’ lagi.
Salam Memangterlalu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar