Senin, 23 April 2012

Bali Top 5 Beaches Versi MemangTerlalu

Foto dan Teks Oleh: Allan Rinaldi

   Yihaaaaaa, ombak, pasir putih, sengatan matahari, dan turis mancanegara  menjadi ciri khas ketika menginjakkan kaki di Bali. Kebetulan banget nih salah satu kru MALU (Allan) sempet berada di Bali selama 2 bulan terakhir, jadi bisa nyicipin pantai-pantai apik nan eksotis khas pulau dewata.

   Bali yang termasuk dalam zona waktu Indonesia Bagian Tengah ini memiliki berbagai macam hal yang membuat banyak orang berdatangan. Sebut saja hamparan sawah khas Tegalalang, dunia malam khas legian, ketentraman hidup khas Ubud, dan yang pastinya adalah pantai-pantai yang berombak besar sepanjang garis pantai dari timur sampai barat Bali.

  Nah MALU pengen share sedikit nih tentang mana-mana aja sih pantai yang wajib dikunjungi kalau temen seperMALUan dateng ke Bali. Yuk langsung ayok kita kemon liat aja nih list tempatnya:


1. Pantai Suluban (Blue Point)
    Langsung saja urutan pertama ditempati oleh Pantai Suluban, atau biasa disebut juga Blue Point. Banyak orang menyebut Pantai Blue Point karena disana memang ada Hotel Blue Point yang letaknya persis dipinggir karang.
     Untuk mencapai pantai ini kita harus menuruni karang-karang, karena kita parkirnya kan diatas karang tuh, jadinya kalau mau ke pantai harus turun karang dulu dongs, ya kan ya kan. Dan uniknya lagi, setelah turun karang, kita harus melewati goa yang nantinya tersambung ke pantai. Nyampe sana pasti kalian langsung terkagum dengan keindahannya deh, karena kita bisa berenang diantara karang besar yang ombaknya tenang, jadi jangan khawatir terseret arus ya. 


 

Selasa, 20 Desember 2011

Mengintip Tiap Sudut Surabaya


"Surabaya sering diasumsikan sebagai kota perdagangan dan pelabuhan yang hanya bagus untuk transit saja. Namun kota ini memiliki sejarah dan perpaduan budaya yang kompleks dan menawan hati"


Itulah paparan yang muncul ketika kami melangkah masuk ke Galeri CCCL Jl. Darmokali No. 10, yang bertempat di Kota Pahlawan, yoits di Surabaya fren.  Tercatat total 7 orang Fotografer dan seorang Videografer yang diwadahi oleh Matanesia Community berkolaborasi dengan Marie Jo Stevens (Etnofotografer Prancis) dan Agus Suparta (Freelance Fotografer) untuk menggelar pameran ini.




Jumat, 16 Desember 2011

Ayo Lahap Buku-Buku Fotografi Dunia di Goethe Institute

Seringkah kamu merasa gusar karena buku kumpulan karya fotografi itu selalu mahal harganya. Pun di toko-toko buku jarang sekali ada buku foto yang yang dibuka segelnya. Kalau pun ada kita hanya bisa membaca nya sebentar aja. Lebih dari 10 menit biasanya sih rasa malu datang menghampiri. Apalagi kalau ada petugas yang terlihat sedang mantau.
P1030632_800x533
Nah, Goethe Institute memberi jawaban keresahan kita akan akses ke buku-buku kumpulan karya fotografi itu. Melalui acara tahunannya yang sudah digelar sejak 2006, Deutscher Fotobuchpreis (Penghargaan Buku Foto Terbaik Jerman), yang digelar dari 10- 23 Desember 2011, kita dipersilahkan untuk membaca lebih dari 100 judul buku fotografi terbaik terbitan Jerman sepuasnya.

Kamis, 08 Desember 2011

[Patut diberi Salut] Sandi Jaya Saputra: Nyentrik tapi Fantastic.

Bagi kalian warga Bandung yang doyan berkesenian dan aktif bergaul pasti nama Sandi Jaya Saputra sudah nggak asing, apalagi 19 November lalu namanya mejeng di bawah tajuk sebuah pameran tunggal Pause - Urban Decay yang digelar di Common Room. Kalau masih belum ngeh juga, mungkin nama panggilannya akan lebih familiar di kuping. Ya dia lah Usenk yang pake K bukan pake G. dan yeah-nya lagi, di umurnya yang masih 26 tahun dia udah pameran, tunggal pula. Oke Senk, cukup tau aja, kalau ternyata elu bukan sekedar nyentrik bin ekstentik tapi juga fantastic. Salut

Konsistensinya untuk terus berfotografi patut kita beri tepuk tangan, fren. Pertama, doi getol banget untuk mengerjakan proyek-proyek personalnya dan hasilnya selalu memukau. Ketika ditanya soal kesehariannya ia menobatkan diri sebagai fotografer lepas, assignment yang diterimanya pun nggak tanggung-tanggung. sejumlah program LSM ia dokumentasikan. Menariknya lagi, bukan cuma ihwal teknis aja yang matang dipelajari, tetapi juga teori dan sejarah fotografi. Nggak salah kalau ia diberi kesempatan untuk mengajar fotografi di kampus (yang gedungnya mirip kelurahan) Fikom, Unpad.

Oke, merasa masih kurang bukti untuk menyatakan salut kepada Usenk? Mari kita simak hasil obrol-obrol MALU dengannya.

"Pasar Baru"
Pause - Urban Decay

Rabu, 07 Desember 2011

iPhoneography: Era Baru Fotografi Digital

“We shape our tools and thereafter our tools shape us,” begitulah tulis Marshall McLuhan dalam buku Understanding The Media yang pertama kali terbit pada 1964. Manusia menciptakan suatu benda, lalu benda itu berbalik membentuk budaya kita. iPhone pertama kali rilis pada 29 Juni 2007. Hingga tulisan ini dibuat, iPhone sudah sampai pada generasi keempat. Berbagai perangkat intelejen (iDevice) serupa pun dikembangkan: iPod dan iPad. Sejak kemunculannya itu pelan-pelan iDevice menciptakan fenomena baru dalam fotografi. Istilah fotografi pun menjadi cair. Pada iDevice, fitur kamera mini canggih serta berbagai software editing foto memunculkan tren iPhoneography, sebuah era baru fotografi digital pun dimulai.

Kamera mulai ditanamkan di iPhone sejak iPhone 3G dengan resolusi 2 megapixel. Lalu di iPhone 3GS fitur kameranya mulai meningkat menjadi 3,2 megapixel. Kemampuan merekam video pun sudah ditambahkan. Jika disandingkan dengan kamera digital konvesional, hasil foto iPhone 3GS nyaris sama. Baru di iPhone 4G kameranya sudah 5 megapixel. Sejalan dengan iPhone, teknologi kamera pada iPod dan iPad pun dikembangkan. Hasil foto yang lebih tajam pun bisa didapatkan. Sensasi baru dalam berfotografi pun muncul, kita hanya perlu mencolek layar untuk mengambil foto.