Local Hardcore Gigs Photography
Seperti fotografer perang, hanya saja disini kameramu lah yang dipertaruhkan
Mungkin banyak yang belum tau seperti apa musik Hardcore, karena saya nggak akan ngejelasin di sini, hehe. mungkin kalian bisa googling dan mencari tau seperti apa musik hardcore itu. Tetapi saya harap kalian semua tau walaupun sedikit. Seperti halnya scene musik lokal di Indonesia, dari segala aliran, mulai dari punk hingga metal pasti mempunyai massanya tersendiri yang loyal. Seperti juga scene hardcore lokal, yang udah berkembang dari awal 90-an, dan terus berkembang sampai sekarang. Kini sepertinya scene hardcore sudah mulai sangat ramaii. Dimulai dengan banyaknya gigs, lahirnya band-band baru, hingga band-band internasional yang melakukan tur dari Jakarta hingga Malang.
Tapi saya disini nggak akan membicarakan apa itu hardcore. Tapi saya mau bicarai mengenai orang dibalik pendokumentasian scene hardcore itu sendiri, yaitu FOTOGRAFERnya. Yap, setiap acara pasti ada dong seksi dokumentasinya? begitu juga dengan scene hardcore itu sendiri, para fotografer tersebut datang dengan ikhlas tanpa dibayar. juga dengan semangat Hardcore yaitu D.I.Y (Do it Yourself), dengan tujuan mengabadikan semua band-band, serta euforianya. Lalu apa bedanya dengan fotografer lainnya yang mengabadikan acara musik lainnya? bukankah mereka memotret objek yang sama yaitu band dan penonton? ya secara garis besar memang sama, tapi ketika kau berada di TKP lalu kamu keluarkan kamera mu. Sudah dipastikan bagi yang tak mengerti scene hardcore bakalan ngomong gini "Gw foto dari belakang aja deh daripada kamera gw pecah kaca lensanya..". Yap itulah yang membedakan, di scene ini dimana tempat gigs yang memang sempit, dengan penonton yang penuh, loncat-loncatan, menaiki badan orang , berlari lalu loncat, adalah hal yang lumrah terlebih jika band yang main adalah band yang cukup punya nama dan mempunyai lagu yang sudaj dihapal luar telinga. Memotret dibelakang penonton itu mungkin hal yang pengecut dimata fotografer scene ini. Berdiri di depan panggung, bibir panggung, jongkok, dan bersiap akan "amukan massa" dan kamu akan mendapat momen emosional dimana penonton dan band terasa sangat satu.
Mungkin saya akan cerita dari beberapa gigs yang saya potret, terutama pengalaman-pengalaman yang unik dan juga mengerikan. Saat band mulai check sound, para Crew (baca: penonton) sudah mulai bersiap, ada yang jongkok,seakan bersiap berlari, ada yang loncat-loncat seperti melakukan pemanasan, ada juga yang hanya berdiri. Fotografer biasanya sudah di depan, jarang ada yang menggunakan flash, dikarenakan resiko sangat besar, akan terjadi kerusakan karena benturan. Seperti jika fotografer berdiri di samping panggung, ketika musik mulai, penonton dari arah berlawanan akan keatas panggung berlari menuju arah fotografer dan loncat! resiko kepala anda terbentur, ataupun kamera anda yang kena jika reflek anda lemah. Maka dari itu penggunaan intip melalui viewfinder sangat jarang digunakan jika crowd memang gila, melainkan insting anda yang berjalan.
Pernah waktu di acara band korea main di Jakarta, walaupun posisi saya sudah aman berada dibelakang gitarisnya, namun tetap aja kena, seperti gitarisnya loncat, dan kena lah, bagian pinggir kamera dengan ujung gitarnya, untung ga kenapa-kenapa sih.hehe.
Selain suka moto-moto, saya juga penikmat musik Hardcore itu sendiri, jadi bila dimainkan lagu yang saya hapal dan suka, maka kamera saya gantungkan keatas, mendekat ke vokalis, near to the mic and singing, ya luapin emosi aja kadang-kadang seperti gaya nonjok orang dengan tetep kamera di tangan. haha jadi megang kamera harus bener-bener kenceng.susah juga kalo sambil ditulis, kalian mesti dateng ke gigsnya langsung, and be the person who join the party.. hehe...
Pengalaman terparah sih ya, dari yang saya liat dan saya alami seperti kamera terbentur, lensa yang berembun karena tak adanya udara, jadi disaat musik main, penonton loncat-loncatan, anda di tengah crowd jongkok melindungi kamera dan melapnya, terdorong, kepala terbentur, dan lain-lainnya, tapi namanya juga cowok, baru gitu aja masa udah mundur. hehe..
Tehnik Motret
Untuk masalah teknis motret sih saya biasa make manual, dengan flash yang ada di kamera, dengan speed rendah dan bukaan yang sedeng aja. (hehe.. terserah anda sedengnya berapa). Biasanya sih ya dapetnya Flare, cuman itu lah keliatan emosinya. Hehe, bisa diliat dari foto-foto saya.
Ya mungkin saya juga belum lama seneng jadi foto-foto scene ini, tapi i have a big feeling, that scene will be my home. :)
Jadi kesimpulannya, kalo pengin mengadu nyali tentang seberapa kuat mental anda menjadi fotografer selain menjadi fotografer perang, motret gigs ini bisa jadi alternatif sebelum anda menuju kesana. hehe.
Keep positive to release your shutter.
ini gw kasih beberapa referensi blog-blog scene hardcore:
dan ini link gw:
Tetap semangat!
Yeeaaahh!!
bener juga yee. kalau pake Flash bisa makin ancur..
BalasHapusada Gigs kapan lagi Tor..jadi penasaran gua.. hhehe
huaaaaaaaaah
BalasHapussegera meluncur
mencari giggs di kota padang
thx for the tips
wi
BalasHapushttp://putraandana.blogspot.com/
BalasHapusmantap :D